Sabtu, 19 Oktober 2013

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DAN ERGONOMI

,


ERGONOMI DAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A.    PENDAHULUAN
            Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009).
Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan konsep penting untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam perancangan stasiun kerjanya. Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada industri skala kecil menengah. Konsep tersebut kurang begitu diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari segi bahaya kondisi lingkungan fisik, sikap dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).
            Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya jaminan kualitas kerja (Tim Ergoinstitute, 2008).
             Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
            Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan  kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
            Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupaka hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menunutu pelaksanaan Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sector kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan mingkatkan K3 di sector kesehatan dalam rangka menekan serendah mingki  risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

B.     ISI
1.      Ergonomik
            Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja (Arif, 2009).
Keselamatan  berasal dari bahasa  Inggris yaitu kata “safety”  dan  bisanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinta kecelakaan. Dalam mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan manusia mengalami kecelakaan inilah berkembang berbagai konsep dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada yang memusatkan perhatiannya pada factor penyebab yang ada pada pekerjaan atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan factor penyebab pada peralatan kerja bahkan ada pula yang memusatkan perhatiannya pada factor penyebab pada perilaku manusia (Alamsyah, 2004).

2.      Kesehatan
Kesehatan  berasal dari bahasa Inggris “health”, yang dewasa ini  tidak  hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara social. Dengan demikiana pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan lebih sehat (Sum’mamur, 1987).
Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan (work occupation) dan sebagian besar waktunya berada dalam situasi bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karena alas an tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan kesehatan kerja (occupational health). Kesehatan kerja di samping mempelajari factor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (healt promotion) pada manusia pekerja tersebut (Alamsyah, 2004).
Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa keselamatan dan kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan ilmiah dan sekaligus merupakan suatu program. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugiankerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan adan keselamatan yang mungkin terjadi. Kata lain hakekat dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah tidan berbeda dengan pengertian bagaimana kita mengendalikan risiko (risk management) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (Sum’mamur, 1987).

3.      Keselamatan
Keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil/ menghilangkan potensi bahaya/ risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlabih dahulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identity) potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaskinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asses, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya (Tresnaningsih, 2007).    
Pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut.  Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus (comply) audit sistem manajemen K3.  Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya.  Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain (Yanri, 2009).

Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik:
  • Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
  • Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
  • Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
  • Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang
  • Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
  • Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
  • Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
  • Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
  • Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
  • Komitmen kerja yang rendah
  • Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD).  Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity).  Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja (Laksmiwaty, 2009).

C.    PENUTUP
            Kemampuan manusia dalam melakukan aktivitas tidak hanya dibatasi oleh produktivitas yang tinggi. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah keamanan, kenyamanan, efisiensi kerja, dan yang terutama adalah kesehatan. Dalam melakukan aktivitasnya kesehatan fisik merupakan modal utama dalam pencapaian produktivitas kerja. Suatu lahan pekerjaan hendaknya memiliki peraturan yang tidak hanya menguntungkan perusahaan namun kondisi pekerjaannya juga. 
            Suatu program kerja perusahaan yang baik akan membawa dampak optimal bagi kemampuan atau kebolehan pencapaian kerja yang maksimal, namun tetap memperhatikan batasan manusia. Konseptual atau system yang dinamis akan terlihat dari cara kerja pekerja. System ini akan dinamis apabila ditunjang dengan kondisi fisik pekerja yang baik.
            Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan pendekatan yang sifatnya kuratif dengan jalan membatasi waktu dan beban kerja. Waktu optimal setiap manusia bekerja umumnya tidak lebih dari 8 jam. Namun, ada beberapa lembaga yang mewajibkan pekerjanya bekerja lebih dari 8 jam. Hal ini dapat diantisipasi dengan jalan member gaji tambahan per jamnya.

1.      Kesehatan Fisik
            Kesehatan fisik umumnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. antara 24-270C, sirkulasi udara yang baik, pencahayaan yang baik, ketenangan lingkungan, getaran mekanis, warna, dan bebauan. Adapun permasalahan lingkungan yang timbul antara lain ketidakserasian kerja antara manusia dan lingkungan, adaptasi, dan tidak tersedianya alaat bantu untuk keserasian tersebut.

            Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka suatu lembaga yang mengandalkan pekerja manusia perlu memperhatikan segala bentuk aspek lingkungan. Aspek tersebut meliputi interior dan eksterior. Interior maksudnya kondisi dalam ruangan yang tertata atau tersusun tepat pada posisinya, contohnya letak berkas yang tidak terlalu jauh dengan posisi pekerja dan letak mesin dengan frekuensi kebisingan yang tinggi jauh dari pekerja. Eksterior maksudnya adalah kemampuan lembaga memposisikan wilayah strategis untuk memanjakan pekerja. Contonya, dengan menempatkan kolam pancur dan taman di depan maupun di belakang gedung.

2.      Kesehatan Lingkungan
Selain kondisi lingkungan hal terpenting yang harus diperhatikan adalah pekerja itu sendiri. Artinya, pekerja harus mampu mengatur jeda kerja dan staminanya dengan jalan menghindari dehidrasi, emisi, dan hal lain yang dapat mengganggu kondisi fisik pekerja.

            Sosialisasi kerja pada dasarnya merupakan bagian terpenting yang menentukan kualitas kerja dan fisik pekerja. Hal ini perlu dilakukan untuk  menghindari kebosanan kelelahan fisik, kecelakaan, dan penyakit yang akan menimbulkan performance kerja yang rendah.

            Bekerja merupakan upaya nyata manusia dalam memenuhi kehidupan ekonomi pribadi maupun keluarga. Pengembangan IPTEK juga berpengaruh dalam menentukan kualitas hidup, namun dengan syarat menetapkan teknologi tepat guna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menempatkan teknologi tepat guna diantaranya secara teknis, ekonomis, ergonomis, lestari lingkungan, hemat energy, dan social budaya.

3.      Kesehatan Mental
            Kesehatan kerja akan tercapai apabila pekerja menganggap dirinya berkompetensi dibandingkan pekerja lain. Kompetisi globalisasi harus dihadapi dengan kepercayaan diri yang tinggi dengan berfikir memenangkan persaingan. Seorang pekerja akan dianggap dapat memenangkan suatu kompetisi dengan cara dengan menekan biaya dan meningkatkan produktivitas.

            Dari hal tersebut diatas, ergonomic akan tercapai apabila kondisi fisik pekerja juga dalam kondisi optimal. Setiap pekerja akan mencapai kesehatan fisik optimal apabila memperhatikan tingkat konsumsi gizi, pemberdayaan tenaga yang baik, sikap tubuh yang baik, dan efisisensi waktu. Pekerja harus memahami berapa takaran energy yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut. Energy atau gizi tersebut meliputi jumlah, kualitas, frekuensi, selera, kebiasaan, kemampuan, dan variasi.

D.    DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Undang-Undang Republik Indonensia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja . online. 2004. Available from url: www.nakertrans.go.id.

Arif, C. 2009. Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi. Universitas Padjajaran. Bandung [Makalah].
Laksmiwaty, P. 2009. Penerapan Ergonomi dan Keselamatan Kesehatan Kerja        untuk Desain Stasiun Kerja dan Perilaku Pekerja (Studi Kasus: Industri          Furniture Kayu Sari Tanah Karo Malang). Surabaya [Thesis].

Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987. P. 65-72.

Tim Ergoinstitute. 2008. Kisah Sukses Penerapan Ergonomi. Ergo News.  Edisi 3. Juni 2008. Bandung.

Tresnaningsih E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Online. 2007. Available from url: www.depkes.go.id.

Yanri, Z., M. Yusuf, A. W. Ernawaty. 1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan (Terjemahan Elias). International Labour Office. Geneva.

Kamis, 17 Oktober 2013

PERALATAN TAMBANG BAWAH TANAH

,
Peralatan tambang bawah tanah merupakan alat yang umum digunakan dan khususnya dirancang untuk tambang bawah tanah.
Pengankutan tambang bawah tanah adalah usaha atau cara mengeluarkan bijih atau bahan galian lain atau kebutuhan tambang bawah tanah atau dari hasil penambangan bawah tanah.
Peralatan dan pengangkutan tambang bawah tanah adalah bagian dari disiplin ilmu pertambangan yang mempelajari seluk beluk peralatan tambang bawah tanah dan proses pengeluaran bahan galian dari bawah permukaan tanah kepermukaan tanah.
Tujuan dari peralatan dan pengenalan tambang bawah tanah yaitu :
1.      Untuk mengetahui seluk beluk tambang bawah tanah
2.      Untuk mengetahui system tambang bawah tanah
3.      Untuk merancang peralatan yang digunakaan sesuai dengan metode yang digunakan.
Tinjauan metode tambang bawah tanah adapun metode tambang bawah tanah dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :
1.      Self Supported Opening merupakan metode tambang bawah tanah yang tidak menggunakan penyangga.
-          Geophering
-          Underground glayhole
-          Sringkage stopping
-          Sublevel stopping
2.      Supported opening merupakan metode tambang bawah tanah yang menggunakan penyangga.
-          Cut and fill
-          Square set stopping
-          Stoll stopping

3.      Caving method
-          Top slicing
-          Sub level caving
-          Block caving
Factor-faktor yang diperhatikan dalam pemilihan tambang bawah tanah :
1.      Dimensi / ukuran endapan deposit
2.      Arah dan kemiringan
3.      Kedalaman endapan bijih dari permukaan
4.      Umur tambang
5.      Letak atau posisi ore body
6.      Sifat fisik/kimia dari ore body dan country rock
7.      Swell factor
8.      Air tanah
9.      Biaya penambangan
10.  Fasilitas yang tersedia
11.  Kecenderungan ore body untuk pecah atau hancur

Macam-macam cara transportasi, yaitu :
1.      Manual haulage
2.      Mechanical haulage
3.      Transport raise
4.      Hoisting
Aktivitas penambangan bawah tanah
1.      Blasting (pembongkaran)
Peledakan dilakukan untuk melepskan batuan dari batuan induknya atau untuk memperkecil ukuran atau lebih mudah diangkut dengan menggunakan bahan peledak.
Tujuan peledakan tbt
-          Menghasilkan ruang untuk gudang, jalan saluran dan pembuatan trowongan
-          Mengambil material/pembongkar material
Factor-faktor yang mempengaruhi peledakan:
-          Jenis batuan
-          Density batuan
-          Struktur batuan
-          Jenis bahan peledak, cara atau teknik peledakan
Dasar-dasar peledakan tbt:
-          Peledakan bawah tanah dilakukan kearah satu bidang bebas. Sedangkan peledakan dipermukaan kearah dua bidang bebas.
-          Tempat ledakan lebih terbatas, bahan peledak, jenis bahan peledak umumnya low eksplosif
Factor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan baahan peledak pada tbt:
1.      Sifat bahan peledak
-        Api penyalaannya kecil
-        Peledakannya berlangsung singkat
-        Temperature peledakannya relative rendah
-        Tidak menghasilkan gas beracun
2.      Disesuaikan dengan material yang diledakkan
3.      Partikuler set dari standart blasting
4.      Besarnya biaya.
2.      Mucking (pemuatan/loading)
Pemuatan pada tbt istilahnya hamper sama dengan pemuatan tambang terbuka (tb) yaitu pemuatan broken ore, dimuat keatas alat angkut untuk selanjutnya diangkut keluar permukaan (pengangkutan)
Macam-macam alat muat yang digunakan
a.    Continous loader
b.    Scraper
c.    Coal catter
d.   Lhd (load haul dump)
e.    Overshoot loader
f.     Gathering arm loader
3.      Hauling (pengangkutan)
Kegiatan pengangkutan tbt adalah
-          Usaha atau cara untuk mengeluarkan bijih hasil penambangan ke permukaan
-          Kegiatan pengangkutan dimulai dari tempat penambangan ke penampungan sementara selanjutnya ke mulut shaft kemudian ke happer, lori, atau langsung ke dump truck untuk diangkut kepermukaan atau:
a.       Dari tempat penambangan ke penampungan sementara
b.      Dari penampungan ke mulut shaft (hosting dengan lori)
c.       Dari penampungan ke hopper (belt conveyord) lori ataupun langsung ke truck lewat incline.
Macam-macam jalan masuk ke tbt dan alat angkut yang sesuai:
1.      Shaft vertical : incline kombinasi
2.      Tunnel
3.      Adit
Jenis-jenis alat angkut :
1.      Shaft : cage, skip, pipa/pompa, kenekan.
2.      Tunnel/adit : lokomotif dan lori, truck, belt conveyord, lhd, pipa/pompa, shuttle car
Jenis jalan pengangkutan :
1.      Auxiliary haulage digunakan untuk mengangkut material dari stop eke chute atau dari stop eke loading point
2.      Main haulage ialah mengangkut material dari pit bottom ke shaft station/keluar tambang.
Macam-macam alat angkut :
Alat angkut mekanis :
1.      Cage skip
2.      Truck
3.      Belt conveyord
4.      Lori-lokomotif
5.      Lhd
6.      Rope haulage
7.      Hoisting
8.      Pipa pompa dan sutlle.
System pengangkutan tbt
Pengangkutan tbt merupakan upaya untuk mengeluarkan ore dari permukaan kerja ke permukaan tanah, ataupun pengiriman alat dan bahan dari permukaan kedalam tambang dan pengangkutan bawah tanah rancangan system pengangkutan yang baik harus mencakup secara keseluruhan. Pengangkutan didalam tbt dibagi menjadi 3 yaitu:
1.      Gathering haulage adalah system pengangkutan yang langsung berhubungan atau berhadapan dengan permukaan kerja.
2.      Auxalary/secondary haulage adalah system pengangkutan yang mengangkut material dari penambangan ke penampungan sementara.
3.      Main haulage adalah system pengangkutan yang mengangkut material dari penampungan sementara ke mulut shaft, ke happer langsung kepermukaan tanah.
Macam-macam cara pengangkutan
1.      Manual hauling adalah penangkutan dengan menggunakan tenaga manusiandengan bantuan alat sedrhana dan atau hewan
2.      Mechanical hauling adalah pengangkutan dengan alat-alat mekanis
3.      Transport raise adalah pengangkutan dengan mengguakan system grafitasi (ore press atau ore chute atau menggunakan raise)
4.      Hoisting adalah pengangkutan dengan menggunakan kerekan.
Peralatan berbeda dengan peraltan tambang terbuka yakni dalam hal :
1.      Geometri
2.      Fungsi
3.      Kekuatan
Jenis peralatan dan pengangkutan pada tambang bawah tanah tergantung pada beberapa hal seperti :
1.      Geometri endapan : bentuk, ketebalan, kemiringan dan struktur.
2.      Karakteristik endapan adalah jenis endapan, kadar kekuatan, kondisi struktur, kondisi pelapukan.
3.      Karakteristik batuan samping
4.      Posisi endapan terhadap permukaan
5.      Kondisi air tanah
6.      Tingkat produksi dan umur tambang
Macam-macam peralatan tbt:
1.      Alat pemboran
-          Rock drill
-          Drill jumbo
-          Drill rigs
2.      Alat muat/gali
-          Overshoot loader
-          Continous loader
-          Gathering arm loader
-          Scraper
-          Goal chutter
-          Lhd (load haul dump)
3.      Alat angkut
-          Truck
-          Belt conveyord
-          Lori + lokomotif
-          Lhd
-          Rope haulage
-          Hoisting
-          Pipa + pompa dan chage/skip
A.      Scrafer
Penggunaan scraper pada tambang bawah tanah apabila metode gravitasi tidak bias dimanfaatkan 30o – 35o, penggunaan scraper dapat menurunkan biaya development, meningkatkan produksi, dan menurunkan biaya timber.
Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan scrafer ;
1.      Sifat Material dan kondisi lantai kerja
2.      Sudut adalah digging angle
3.      Kapasitas scrafer dan berat buatan
4.      Typy hoist yang digunakan dipengaruhi oleh tempat kerja
Untuk daerah naik atau turun pengaruhnya terhadap sudut gali, untuk daerah naik digging angle relative besar dan material yang digali ditarik lebih sedikit, sedangkan untuk daerah turun digging angle relative kecil dan material yang digali relative besar. Hal-hal yang dibutuhkan untuk menetukan tipe dan ukuran scrafer :
1.      Kondisi material yang akan dipisahkan berat, basah, kering atau lengket, ukuran material.
2.      Tonage yang diinginkan : perjam pada jarak rata-rata, perjam pada jarak terjauh, waktu produksi.
3.      Kondisi tempat kerja : luas, lebar, panjang front kerja, jarak tempuh rata-rata dan maksimum, kondisi lantai (kasar, licin), arah angkut material, gardien lantai kerja (naik-turun)
4.      Tenaga yang tersedia: tekanan udara, listrik
5.      Maksud pemakaian scrafer untuk pekerjaan persiapan, produksi dan pengisian.
Alat muat
Klasifikasi scrafer berdasrkan jumlah hoistnya scrafer diklasifikasikan menjadi 2 :
1.      Single drum hoist
-          Konstruksi, sebuah motor penggerak, 2 buah drum, sebuah tail rape, sebuah mainrape, sebuah shape, sebuah scrafer.
-          Aplikasi cocok untuk daerah dimensi sempit dengan produksi sedikit.
2.      Double drum hoist
-          Konstruksi sebuah motor penggerak, 2 buah drum, sebuah tail rape, sebuah main rape, sebuah shape, sebuah scrafer.
-          Aplikasi cocok untuk daerah dimensi sempit dengan produksi besar.
3.      Tree drum hoist
-          Konstruksi sebuah motor penggerak, 3 buah drum 3 buah amin rope, 2 buah tail rope, 2 buah toil shafe, sebuah scafer
-          Aplikasi cocok untuk daerah dimensi stope luas dan produksi luas.
B.  Overshoot loader
Adalah alat muat yang bekerja dengan cara mendorong bucket kedalam tumpukan material hingga penuh kemudian bucket diangkat kebelakang melewati mesinnya dan menumpahkan muatan kealat angkut yang berada dibelakangnya tanpa memutar alat muat.
-          Digerakkan dengan udara bertekanan tinggi (hydraulic)
-          Overshoot loader bekerja di drift heading sempit
-          Ukuran busket bervariasi 0,14-0,60 m3
C.  Gathering arm loader
Sering digunakan pada tambang batubara, pada bagian depan dilengkapi dengan alat pengumpal material yang bertumput kemudian didorong menuju belt conveyor yang berada dibelakang, selanjutnya kea lat angkut berikutnya, dilengkapi dengan klaurel dan digerakkan dengan tenaga listrik.
D.  Slushier
Adalah suatu alat garu digerakkan dengan udara dimana efek pengaraannya diperoleh melalui sebuah garu yang dihubungkan dengan kawat masuk dalam tumpukan material lepas yang terletak didasar lantai dan membawa material ketempat penumpahan, sering digerakkan pada screen drift dari dasar scrape.
E.  Load haul dump
Alat muat-angkut tambang bawah tanah merupakan kombinasi front end loader dengan dump truck mampu memuat mengangkut dan menumpahkan material pada alat angkut berikutnya enaga penggerak adalah tenaga diesel dan jarak pengangkut dekat.
Alat angkut
-          Untuk mengangkut jarak dekat lebih kecil 5 km menggunakan truck berukuran kecil atau lhd
-          Untuk pengangkutan jarak sedang 5-20 km menggunakan truck besar, belt conveyor, cable way
-          Untuk pengangkutan jarak jauh > 20 km menggunakan pompa/pipa.
a.       Truck (mine truck)
Truck yang digunakan pada tbt hampir sama pada tambang terbuka berdasarkan roda penggeraknya (wheel drive)
-          Roda penggeraknya roda depan (front wheel drive)
-          Roda penggeraknya roda belakang (real wheel drive)
-          Roda penggeraknya roda depan dan roda belakang (four wheel drive)
-          Roda penggeraknya semua roda belakang (double rear wheel drive)
Berdasarkan pengosongannya muatan
-          End dump atau rear dump mengosongkan muatan kebelakang
-          Side dump : mengosongkan muatan kesamping
-          Bottom dump : mengosongkan muatan ke bawah.
Berdasarkan ukurannya :
-          Ukuran kecil kapasitas 25 ton
-          Ukuran sedang kapasitas 25-100 ton
-          Ukuran besar kapasitas > 100 ton
Keuntungan menggunakan truck
-          Jarak angkut bias mencapai 2 km
-          Fleksibel dalam menambah alat tanpa menganggu produksi
-          Kecepatan relative tinggi
Kerugian menggunakan truck
-          Kondisi jalan harus baik dan tidak licin
-          Jumlah operator banyak
-          Ventilasi harus baik
-          Jalan harus lebar dan tidak boleh menyudut
Hambatan-hambatan yang terjadi pada penganggutan truck
-          Grade resistence (hambatan pada tanjakan)
-          Rolling resistance (hambatan akibat ban dan jalan)
b.      Lokomotif + lori (mine car)
Pemilihan penggunaan loko tambang lori berdasarkan pada pertimbangan:
-          Jalan relative datar
-          Kemiringan maks. 5 %
-          Jarak angkut panjang
-          Tonase relative besar
-          Umur pekerjaan panjang
Berdasarkan tenaga lokomotif dibedakan menjadi 6 macam :
-          Lokomotif uap (steam lokomotif)
-          Lokomotif bakar (bensine / gasoline)
-          Lokomotif diesel (diesel lokomotif)
-          Lokomotif udara bertekanan tinggi (compressive air lokomotif)
-          Lokomotif listrik (elektrik headley loc)
-          Lokomotif batrey (storage battray loc)
Berdasarkan mengosongkan muatan lori dibedakan menjadi :
-          Rear dumper
-          Bottom dumper
-          Side dumper
-          Overtunner dumper
Keuntungan menggunakan lokomotif
-          Diperlukan mine fower lebih sedikit
-          Fleksibel dan mudah diperpanjang
-          Pengangkutan dapat dilakukan bersama-sama
-          Mempunyai kecepatan tinggi
-          Lebih mudah menyesuaikan dengan belokan
Kekuurangan menggunakan lokomotif :
-          Mempunyai kemiringan yang terbatas
-          Lantai harus kuat
-          Bahaya kebakaran, kebocoran arus gas-gas beracun menjadi meningkat
Hambatan-hambatan yang terjadi pada pengangkutan dengan lokomotif menurut (daris formula)
1.      Tram resistence : lb/ton  = 1,3 + 29/w + 0,03 v + 0,00240/WN
Hambatan untuk gerbang = 1,3 + 29/w + 0,03 v + 0,0034 Av2 / WN
Hambatan untuk gerbang barang = 1.3 + 29/w + 0,045 v + 0,085 Av2 /WN
Dimana :   w        = rata-rata ton/as roda
                 N         = Jumlah as roda
                 V         = Kecepatan (mph)
                 A         = Luas area
2.      Gradian resistance : 20 lb/ton
3.      Curve resistance : 0,8 lb/ton 1o kelengkungan
Perhitungan tenaga lokomotif
Hal-hal yang mempengaruhi dalam perhitungan lokomoif :
1.      Adhesi (A)
Koefisien adhesi atau statistic fricting diantara ragam lokomotif dengan rel tergantung pada :
-          Material yang menyusun roda dan rel
-          Kondisi rel (basah, kering dan berpasir)
-          Pusat gravitasi lokomotif koefisien adhesi mempengaruhi pulling power (kekuatan tarik) atau tractive effort lokomotif.
2.      Tracrif ef fort (TE)
Adalah tenaga tarik yang ditimbulkan lokomotif untuk menggerakkan lokomotif beserta rangkaian dan muatannya tractif effort diperoleh melalui roda-roda lokomotif sehingga tenaga lokomotif tersebut tergantung pada berat lokomotif dan koefisien adhesinya.
Jenis roda
Kondisi rell
Nilai koefisien adhesi
Roda baja
Roda baja
Roda baja
Rel kering
Rel basa/greasay
Rel berpasir
0,25 v
0,15
0,30
Nilai koefisien adhesi
-          Untuk lokomotif diesel / trolley
TE = WL x 0,25 x 2240
Dimana :   wl        = Berat Lokomotif
                 A         = koefisien adhesi (0,25)
-          Untuk batheney
TL                        = wl x 0,15 x 2240
3.      Draw ball pull (DBP)
Adalah daya tarik beban (DBP) besarnya daya tarik yang dibutuhkan untuk menarik
-          Lokomotif itu sendiri
-          Rangkaian beserta muatannya
Biasanya DBP tergantung pada :
1.      Tahanan tarik
= w x 2240 x koefisien gesek
= w x R x 2240
Dimana           w         = berat
                       R         = Rolling resistance
2.      Resistance akibat gravitasi
= w x 2240 x sin τ
= w x 2240 / x
= w x 2240 x 6/100
Dimana :         A         = Sudut kemiringan
                       X         = Nilai naik turun
                       G         = Gravitasi dalam %
Untuk ton = 1 x 2240 x 1/100 = 22,4 lb/ton
3.      Percepatan lenear dan rotary acceberation
F         = m x a
F         = w/g x p
           = 2240/32,2
           = 0,2 x 5280/ 60 x 60
           = 10,2 lb/ton
Dimana :         g          = percepatan gravitasi 32,3 Ft/det3
                       F          = percepatan oil mph/det = 1 mile = 5280 ft
Rotary acceleration = 0,6 lb/ton (yang umum)
Jadi linear dan rotary acceleration pada percepatan 0,1 mph/det
= 10,2 + 0,6
= 10,8 lb/ton
DBP   = W ( R + G + L) + L (RL + G + F)
Dimana : W    = berat rangkaian kereta (ton)
               R     = Rolling resistence (lb/ton)
             G       = Gradian resistence 22,4 lb/ton untuk setiap kemiringan 1 %
             L        = Berat lokomotif
           RL       = Rolling resistence lokomtif (lb/ton)
Dari perhitungan perhitungan tersebut diperoleh dua persamaan TE :
1.      TE diperlukan dari loko untuk menggerakkan kereta dan rangkaiannya
= L (RL + G + F) – W (K + G +F)
2.      TE yang dihasilkan lokomotif
= L x 2240 x A
Maka : L x 2240 x A = L (RL + G + F) + W (R+G+F)
            L = w (R+G+F)/ 2240 a – (RL+G+F)

 

WISATA TAMBANG Copyright © 2011 -- Template Edited by Angin Es -- Owner Blog Windi Hilman