1. Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
- Melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
- Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa
2. Perincian kerja
- Standarisasi larutan NaOH dengan KHP
- Standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3
- Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH
- Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan laruutan std.HCl
- Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan laruutan std.NaOH
- Penentuan konsentrasi larutan NaOh dengan laruutan std.HCl
3. Alat-alat yang digunakan
- Neraca analitis 1
- Kaca arloji 2
- Erlenmeyer 250ml 8
- Buret 50ml 2
- Pipet ukur 25ml 1
- Gelas kimia 100ml,250ml 2,2
- Labu takar 100ml,250ml 4,4
- Spatula dan pengaduk 1,1
- Bola karet 1
4. Bahan yang digunakan
- Larutan baku sekunder NaOH 1N
- Larutan baku sekunder HCl 1N
- KHP (KHC8H4O4)
- Na2CO3
- Etanol 95%
- Indicator pp
- Indicator metil orange
- Indicator jingga atau merah
- Larutan H2SO4
- Larutan CH3COOH
- Larutan NH4OH
- Larutan HCl
- Larutan NaOH
5. Teori
5.1 titrasi asam basa
titrasi
asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang
terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari
titrasi antara :
- asam kuat dengan basa kuat
- asam kuat dengan basa lemah
- basa lemah dengan asam kuat
5.2 pereaksi asam basa
dalam
pratikum di laboratorium adalah hal biasa utuk membuat dan
menstandarisasi suatu lautan asam atau suatu larutan basa. Karena
larutan asam lebih muda diawetkan daripada larutan basa, maka suatu asam
lah yang biasanya dipilih sebagai standar pembanding tetap yang lebih
baik daripada basa.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, factor-faktor berikut harus di perhatikan :
1. asam kuat harus terdisosiasi tinggi
2. asam tidak boleh mudah menguap
3. larutan asam harus stabil
4. garam dari asamnya harus larut
5. asam
yang tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk
merusak senyawa-senyawa organic yang digunakan seperti indicator.
Asam-asam
klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas digunakan
sebagai larutan standar meskipun tidak satupun mencukupi semua
persyaratan di atas. Garam klorida dari ion-ion perak, timbale dan
merkuri (I) adalah larut, seperti halnya sulfat dari logam-logam alkali
tanah dan timbale. Namun hal ini tidak menyebabkan kesukaran pada
kebanyakan penggunaan titrasi asam-basa. Hydrogen klorida merupakan gas
tetapi tidak cukup menguap dari larutan-larutan pada batas-batas
konsentrasi yang biasanya dipergunakan, karena berdisosiasi sangat
tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0.5 N dapat di didihkan untuk
beberapa lama tanpa kehilangan hydrogen klorida, jiak larutannya tidak
boleh di pekatkan dengan penguapan. Asam nitrat jarang digunakan sebab
merupakan pereaksi oksidasi kuat dan larutannya terurai apabila
dipanaskan atau dikenakan cahaya. Asam peklorat merupakan asam kuat
tidak menguap dan stabil terhadap reduksi dalam larutan-larutan encer.
Garam-garam kalium dan ammonium dapat mengendap dari larutan-larutan
pekat apabila terbentuk selama titrasi. Asam-asam perklorat lebih
disukai dalam titrasi yang bukan air. Ia pada dasarnya suatu asam yang
lebih kuat dari pada asam klorida dan lebih kuat terdisosiasi dalam
pelarut yang bersifat asam, seperti asam astetat murni.
Natrium
hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium hidroksida
tidak memberikan keuntungan keuntungan di bandingkan dengan natrium
hidroksida dan lebih mahal. NaOH selalu berkontaminasi oleh jumlah kecil
zat pengotor yang paling sering di antaranya adalah natrium karbonat.
5.3 Indikator untuk titrasi asam basa
Indicator
yang digunakan pada titrasi ini adalah indicator yang bek erja sesuai
dengan perubahan pH pada larutan. Indicator asam basa merupakan suatu
asam atau basa organic lemah yang bentuk tak terdisosiasinya berbeda
warna dengan ionnya. Indicator ini akan berubah warna pada perubahan pH
larutan yang menyebabkan indicator tersebut mengalami disosiasi.
Indicator yang terkenal adalah indicator fenolftalein. Indicator ini
merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Dia mula-mula terdisosiasi
kedalam suatu bentuk tak berwarna dan kemudian kehilangan hydrogen
kedua, menjadi ion yang berwarna merah. Selain indicator pp terdapat
juga indicator metal orange (m.o).
5.4 Standarisasi larutan
Standarisasi
adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi
suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer
dan standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara
menimbang dengan teliti suatu solute kemudian melarutkannya ke dalam
volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.
Syarat-syarat dari standar primer adalah :
- Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0.01-0.02%
- Stabil, tidak higroskopis dan tidak mudah bereaksi dengan udara
- Mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada waktu penimbangan.
Larutan standar primer digunakan untuk menstandarisasi larutan standar
sekunder, larutan standar sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan
suatu larutan atau cuplikan.
Senyawa
kalium hydrogen ftalat (KHP) merupakan standar primer sangat baik untuk
penentuan suatu larutan atau cuplikan, larutan-larutan basa. Senyawa
ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99.95% atau lebih. Zat ini stabil
apabila dikeringkan, untuk tidak higroskopis dan mempunyai berat
ekivalen yang tinggi 204,2 g/ek. Merupaka asam monoprotik lemah akan
tetapi karena larutan asam biasanya sering digunakan untuk menentukan
asam lemah maka hal ini bukannya suatu kerugian. Indicator pp digunakan
dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas karbonat.
Natrium karbonat Na2CO3
secara luas digunakan sebagai standar primer untuk larutan-larutan asam
kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni kecuali hadirnya
sejumlah kecil natrium bikarbonat dengan memanaskan zat nya hingga berat
tetap pada suhu 270˚C sampai 300˚C natrium karbonat sedikit higroskopis
tetapi dapat ditimbang sampai tanpa banyak kesulitan. Karbonat dapat
dititrasi menjadi natrium bikarbonat dengan menggunakan indicator pp.
berat ekivalennya sama dengan berat molekulnya yaitu 106.0. tetapi
sevara umum zat yang dititrasi asam karbonat dengan mengguanakan
indicator m.o dengan berat ekivalen setngah dari berat molekulnya yaitu
53.00.
6. Prosedur kerja
6.1 standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP
· Memasukkan
kira-kira 4-5 gram KHP murni dalam botol timbang yang bersih dan
mengeringkan dala oven pada temperature 110˚C sekurang-kurangnya selama 1
jam.
· Mendinginkan botol timbang beserta isinya dala desikator
· Menimbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer yang bersih yang telah diberi nomor.
· Menambahkan 50ml air suling yang diukur dengan gelas ukur dan mengocok perlahan-lahan sampai KHP larut.
· Menambahkan 2 tetes indicator pp pada tiap Erlenmeyer
· Menitrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi merah muda
· Mencatat volume titran
6.2 standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan Na2CO3
· Membuat larutan yang mempunyai pH 4 dengan cara melarutkan 1gr KHP dalam 100ml air suling
· Menambahkan 2 tetes metil jingga kedalamnya, larutan ini digunakan sebagai larutan pembanding
· Menimbang
dengan teliti cuplikan, memasukkan ke dalam 3 erlenmeyer yang berbeda
beratnya, masing-masing 0.2 gr,0.25gr,dan 0.25gr Na2CO3 murni yang telah dikeringakan sebelumnya
· Melarutkan dalam 50ml aquadest dan menambahkan 2tetes metal jingga
· Menitrasikan dengan HCl sampai warnanya sama dengan larutan pembanding
· Mencatat volume titran
6.3 penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH
· memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml
· menambahkan indicator pp
· menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
· mengulangi untuk 3x percobaan
6.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std.HCl
· memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml
· menambahkan indicator m.o
· menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
· mengulangi untuk 3x percobaan
6.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std.NaOH
· memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml
· menambahkan indicator m.o
· menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap
· mengulangi untuk 3x percobaan
6.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std.HCl
· memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml
· menambahkan indicator pp
· menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap
· mengulangi untuk 3x percobaan
7. Data pengamatan
Nomor percobaan
|
Volume titran
|
1
|
4.93
|
2
|
8.33
|
3
|
5.33
|
4
|
4.5
|
5
|
19.5
|
6
|
21
|
8. Perhitungan
8.1 standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
Gram KHP = volume NaOH x N NaOH
BE KHP
2.7 gr = 0.00493 l x N NaOH
204.2 gr/grek
N NaOH = 2.68 N
8.2 standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3
Gram Na2CO3 = VHCl x NHCl
BE Na2CO3
0.7 gr = 0.0083 l x NHCl
106 gr/grek
NHCl = 0.79 N
8.3 penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH
V CH3COOH x N CH3COOH = V NaOH x N NaOH
75 x N CH3COOH = 5,33 x 1
N CH3COOH = 0,071
8.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std HCl
V NH4OH x N NH4OH = V HCl x N HCl
75 x N NH4OH = 4,5 x 1
N NH4OH = 0,06
8.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std NaOH
V H2SO4 x N H2SO4 = V NaOH x N NaOH
75 x N H2SO4 = 19,5 x 1
N H2SO4 = 0,26
8.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan HCl
V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl
75 x N NaOH = 21 x 1
N NaOH = 0,28
9. Analisis Percobaan
Dari
percobaan yang telah kami lakukanbahwa pada saat standarisasi larutan
std sekunder NaoH dengan KHP,KHP yang digunakan harus kering dan
dilakukan dengan pengeringan pada oven selama 1 jam. Itu juga berlaku
pada standarisasi larutan std HCl dengan Na2CO3. Na2CO3
juga harus dikeringkan dalam oven minimal selama 1 jam. Pada saat KHP
dilarutkan ke dalam 50 ml air dan diteteskan indicator pp warna KHP
tetap bening,tetapi pada saat penambahanNaOH melalui titrasi warna
KHPberubah menjadi warna merah muda. Lain halnya dengan Na2CO3
setelah dilarutkan dan ditambahkan metal jingga warnanya berubah
menjadi kuning dan pada saat dititrasi dengan HCl warnanya menjadi merah
muda. Dan pada saat penentuan konsentrasi larutan CH3COOH
dan larutan std NaOH pada saat cuplikan ditambahkan pp dan
dititrasi,waran berubah menjadi merah muda. Pada saat penentuan
konsentrasi NH4OH dengan larutan std HCl pada saat penambahan
indicator m.o,warna menjadi kuning dan pada saat dititrasi warna
menjadi merah. Pada saat penentuan konsentrasi larutan H2SO4
dengan larutan std NaOH pada saat penambahan m.o warna larutan menjadi
merah dan setelah dititrasi ,menjadi kuning. Dan terakhir pada penentuan
konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl pada saat penambahan
indicator pp warna larutan berubah ungu dan pada saat titrasi berubah
warna menjadi kuning kembali.
10. Kesimpulan
Titrasi asam basa adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi antara analit dan titran
Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti suatu konsentrasi larutan
Dari hasil perhitungan didapatkan
N CH3COOH = 0,071
N NH4OH = 0,06
N H2SO4 = 0,26
N NaOH = 0,28
N HCl = 0,79
11. Pertanyaan
1. Tuliskan 5 macam larutan standar primer untuk titrasi asam basa !
2. Tuliskan 5 macam indicator untuk titrasi asam basa!
3. Tuliskan 5 macam penerapan titrasi asam basa !
4. Suatu larutan standar primer,Kalium Hydrogen Ftalat (KHC8H4O4) seberat 0,8426 gr dititrasi dengan 42,14 ml NaOH. Hitung normalitas larutan NaOH!
Jawaban :
1. Larutan standar primer
- - KHP
- - Na2CO3
- - KH(IO3)2
- - enol
- - (CH2OH)3CNH2
2. Indicator
- - Indicator pp
- - Indicator biro timol
- - Indicator m.o
- - Indicator merah
- - Indicator metil merah
3. Penerapan titrasi asam basa
- Penetuan
zat-zat organic,anorganik dan biologis. Bersifat asam atau basa
kemudian dititrasi dan dialkukan secara langsung dan secara tak
langsung.
4. Diket : KHP 0,8426 gr
NaOH 42,14 ml = 0,04212
1000 ml/l
Ditanya : N NaOH …?
Pembahasan :
Mol KHP = mol NaOH
= V NaOH x N NaOH
= 0,04212 x N NaOH
N NaOH = 0,09 grek/l
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet,Kimia Analisa Dasar.Teknik Kimia.2010.POLSRI
Modul,Kimia Analisa Dasar.Teknik Kimia,2010.POLSRI