Sedimen diendapkan ketika kecepatan
arus menurun hingga dibawah kecepatan minimum yang diperlukan untuk
membawa partikel dengan ukuran tertentu. Jadi, bila ada sungai yang
membawa lanau, pasirdan gravel mengalami pelambatan dikarenakan gradien
menjadi lebih landai atau karena memasuki danau atau laut. Partikel
berukuran terkasar akan diendapkan lebih dahulu dan selanjutnya secara
progresif diikuti pengendapan partikal halus ketika kecepatan arusnya
menjadi menurun. Pengendapan muatan sedimen pada pengangkutan bagian
lebih bawah memberikan bentuklahan (landform) seperti dataran banjir
(foodplain), lembah aluvial (alluvial valleys), delta dan kipas aluvial
(alluvial fans) dan lain-lain.
(A)
(B)
Gambar 11. Perampokan sungai (A) belum
terjadi. (B) mengerosi kearah hulu dan memotong sungai lainnya (Monroe
& Wicander, 1997).
1. Dataran banjir
Daerah yang berada pada lereng landai dan
pada paparan stabil yang membatasi suatu sungai disebut sebagai dataran
banjir yang terbentuk ketika banjir besar menutupinya dengan air.
Perbedaan konfigurasi kanal merefleksikan variasi tipe muatan sedimen
dan fluktuasi dalam volume air. Lihat gambar 12. yang menjelaskan model
grafik sederhana dari sedimentasi dataran banjir.
Gambar 12. Kenampakan utama pada dataran
banjir termasuk didalamnnya adalah meander, point bar, oxbow lakes,
natural levees, backswamp dan stream channels (Hamblin &
Christiansen, 1995).
Semua sungai berkecenderungan mengalir
membentuk pola berliku-liku (sinuous pattern). Air yang mengalir
cenderung turbulen sehingga lengkungan dan ketidakseragaman dalam kanal
membelokkan aliran air ke sisi lain tepian sungai. Gaya air yang
menghantam tepian sungai menyebabkan erosi dan pelemahan dan membuat
lekukan kecil pada kanal sungai. Karena terus menerus dihantam oleh
arus, maka lekukan menjadi besar membentuk kelokan (meander) yang besar.
Pada bagian dalam kelokan, kecepatannya menjadi minimum sehingga muatan
sedimen menjadi terendapkan. Endapan yang terjadi pada puncak kelokan
disebut sebagai point bar. Dua proses utama disekitar kelokan sungai
adalah erosi pada sisi luar kelokan dan pengendapan (depositional) pada
sisi dalam kelokan sungai sehingga menyebabkan putaran kelokan (meader
loops) bermigrasi secara lateral.
Erosi efektif berjalan pada tekukan
kelokan sungai sehingga kelokan akan bermigrasi. Perkembangan lekukan
kelokan kemudian menjadi lebih melingkar hingga pada akhirnya akan
memotong putaran kelokan dan sungai menjadi lurus kembali. Kelokan yang
terpotong (cut off) membentuk lingkaran kelokan yang ditinggalkan
menjadi crescent-shaped lake yang lebih dikenal sebagai oxbow lake
(gambar 13.).
Gambar 13. Evolusi meander sungai terjadi
karena kombinasi dua proses, yakni proses erosi di sisi luar kelokan dan
proses pengendapan di sisi dalam kelokan sungai (Hamblin &
Christiansen, 1995).
Tanggul alami (natural
levees) proses lain di dataran banjir adalah terbangunnya tanggul atau
pematang yang tinggi (high embankment) yang disebut sebagai natural
levees yang terbentuk pada kedua sisi sungai. Tanggul alami ini
terbentuk ketika sungai meluap selama banjir. Aliran yang keluar kanal
sangat signifikan mereduksi kecepatan aliran sehingga diendapkannya
sedimen. Material kasardiendapkan dekat dengan kanal sehingga terbangun
tanggul yang tinggi. Tanggul alami berkembang pada setiap banjir
sehingga beberapa terbentuk cukup tinggi terhadap daerah disekitarnya
(gambar 14).
Rawa belakang (backswamp)
merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan tanggul alami sehingga
banyak dataran banjir yang lebih rendah dari sungai sungai yang
memotongnya. Area ini dikenal sebagai backswamp yakni daerah dengan
pengaliran yang buruk dan umumnya adalah daerah rawa-rawa.
Bila sungai dipasok lebih
banyak sedimen dari pada kemampuan sungai untuk membawa sedimen
tersebut, maka akan diendapkan material berlebih pada dasar kanal
sebagai sand and gravel bars. Pengendapan ini mendorong sungai untuk
memecah kanal menjadi dua atau lebih kanal sehingga terbentuklah pola
sungai teranyam (braided river) (lihat gambar 15.).
Gambar 14. Tanggul alami (natural levees)
adalah endapan berbentuk membaji yang terbentuk selama tahapan banjir.
Air sungai yang meluap (banjir) melampaui tepian sungai menyebabkan
kecepatan aliran menjadi melambat dan terjadi pengendapan lanau. Ketika
tanggul menjadi tinggi, maka sungai dapat lebih tinggi dari dataran
banjir disekitarnya (Hamblin & Christiansen, 1995).
Gambar 15. Braided stream dekatSanta Fe,New Mexico (Monroe & Wicander, 1997).
2. Lembah alluvial
Banyak sungai terisi pada bagian
lembahnya oleh sedimen pada periode waktu tertentu dan kemudian
terpotong sepanjang sepanjang sedimen yang terisi selama periode
selanjutnya. Fluktuasi proses yang demikian padasungai menghasilkan
teras sungai (stream terraces). Adapun dasar evolusi teras sungai adalah
adanya penggerusan dan pemunduran lereng. Perubahan seperti
pengangkatan regionaldan naiknya base level membentuk endapan dataran
banjir yang luas. Perubahan selanjutnya adalah penggerusan pada dataran
banjir sehingga terbentuk teras tunggal pada kedua tepi sungai. Erosi
selanjutnya dapat membentuk teras tambahan (Gambar 16).
(A)
|
|
(B)
|
Gambar 16. Asal mula teras sungai. (A)
Sungai memiliki daratan banjir yang luas dan berdampingan dengan
kanalnya. (B) bidang teras sungai terjadi karena sungai yang mengerosi
lebih dalam lagi membentuk dataran banjir yang baru (Monroe dan
Wicander, 1997)
3. Delta
Sungai yang masuk ke danau atau laut,
maka kecepatannya langsung berkurang dan kebanyakan muatan sedimen yang
diendapkan membentuk delta. Dua proses utama dalam pembentukan delta
adalah:
- Pemecahan sungai menjadi sistem kanal bercabang, dengan perluasan yang masuk ke air dalam pola bercabang.
- Perkembangan interupsi lokal berupa jebol (crevasse) pada tanggul alami dimana sedimen dialihkan dan diendapkan sebagai splay-endapan mirip delta kecil yang terbentuk pada dataran banjir.
Delta yang maju (prograding) menunjukkan
karakteristik sikuen vertikal yang mana bottom set beds secara berurutan
ditutupi oleh foreset beds dan topset beds. Sikuen ini berkembang
ketika sungai masuk ke laut dan sedimen berukuran halus terbawa hingga
jarak dibawah mulut sungai (gambar 17)
Gambar 17. Struktur internal dari prograding delta (Monroe & Wicander, 1997).
Tiga tipe utama dari marine delta (Monroe
dan Wicander, 1997) adalah (1) stream-dominated delta seperti delta
Mississippi yang terdiri tubuhpasir yang menjemari. Delta ini sering
disebut sebagai bird’s foot deltas karena menyerupai kaki burung (lihat
gambar 18). (2) wave-dominated delta seperti Nile delta di Mesir.
Walaupun memiliki kanal percabangan sungai namun lebih dipengaruhi oleh
aktivitas gelombang. (3) Tide-dominated delta seperti delta Brahmaputra
di Banglades dibangun oleh tubuh pasir karena pengaruh pasang-surut yang
paralel dengan arah aliran pasang-surut.
4. Kipas Aluvial
Endapan sungai yang terbentuk di daerah
arid-semi arid pada bagian kaki pegunungan. Ketika hujan, maka material
permukaan dengan cepat menjadi jenuh dan aliran permukan mulai terjadi.
Namun pengendapan sedimen segera terjadi karena dipicu oleh pengurangan
kecepatan secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh perubahan kelerengan
yang mendadak dari lereng yang curam menjadi lereng yang landai.
Endapan ini terdiri dari akumulasi pasir dan gravel yang proporsi
terbesarnya diendapkan oleh sungai. Dalam beberapa kasus karena
mekanisme longsor (mudflow) (lihat gambar 19.).
(A)
|
(B)
|
(C)
|
Gambar 18. (A) Delta sungai Mississippi di
Amerika Serikat yang didominasi oleh sungai. (B) Delta Nile di Mesir
yang didominasi oleh gelombang (C) Delta Ganges-Brahmaputra di
Bangladesh didominasi oleh pasang-surut (Monroe & Wicander, 1997).
Gambar 19. Alluvial fan deposits yang
terbentuk pada daerah arid dimana sungai masuk kedalam cekungan kering
dan mengendapkan sedimen yang dibawanya (Hamblin & Christiansen,
1995).